Thursday, April 16, 2009

Lensa Manual Fokus Yang Mengasyikkan




Setelah kurang lebih satu bulan bermain dengan DSLR Nikon D40 yang dipasangkan dengan lensa-lensa manual fokus keluaran tahun 70-80an, rasanya tidak juga timbul keinginan untuk mencari lensa modern dengan kemampuan fokus automatis dan pengaturan pencahayaan yang beragam. Mungkin karena memang saya sudah terlanjur terbiasa dengan pengaturan bukaan diagfragma, shutter speed, ASA/ISO dan pencarian fokus secara manual seperti pada era kamera SLR analog dulu, sehingga 'keterbatasan' lensa-lensa lama ini justru saya rasakan sebagai suatu 'keasyikkan' tersendiri dalam bermain-main dengan kamera.

Keasyikan ini semakin menjadi setelah saya temukan beberapa forum diskusi di internet yang khusus membahas dan menampilkan foto-foto hasil lensa manual, yang menurut saya hasilnya betul-betul luar biasa. Memang hasil foto tidak semata ditentukan oleh alat yang digunakan, tapi lebih ditentukan oleh siapa dan bagaimana si fotografer dapat mempergunakan alat-alat yang ada untuk menghasilkan foto-foto yang menarik dan berseni. Walaupun demikian, lensa manual fokus dan khususnya yang mempunyai panjang titik api tetap (fixed focus, bukan lensa zoom) dari dulu memang dibuat dengan bahan gelas/kaca yang tergolong bagus, juga didukung dengan bukaan diagfragma maksimal yang lebar sehingga termasuk lensa-lensa kuat/cepat. Bukaan diagfragma yang lebar juga menyebabkan ruang tajam (depth of field = DOF) yang sempit, sehingga benar-benar hanya titik yang kita fokus yang akan jelas sedangkan bagian yang lebih dekat dan lebih jauh akan terlihat out-of-focus.

Ada link bagus di web yang menerangkan masalah Depth Of Field, lenkap dengan kalkulator perhitungan ruang tajam pada berbagai ukuran lensa. Link nya ada di bawah ini :

http://www.dofmaster.com/dofjs.html

DOF sempit yang akan menghasilkan suatu ruang isolasi bagi obyek utama (focus of interest = FOI) yang kita pilih untuk in-focus. Keunikan lain yang timbul adalah daerah out-of-focus di belakang obyek utama ini akan menampilkan suatu daerah kabur (bokeh) yang mempunyai pola-pola khusus, tergantung konstruksi dari lensanya. Lensa-lensa lama produksi pabrik negara-neraga di Eropa, khususnya Jerman, dengan merk Leizt (Leica), Carl-Zeiss (Contax) dan Reveunon mempunyai reputasi yang sangat baik untuk menghasilkan bokeh yang menarik pada bukaan lensa maksimal. Hasilnya juga tajam, berbeda dengan lensa 'kelas bawah' yang baru timbul ketajaman gambarnya setelah bukaan diagfragma 5,6 keatas.


Dari forum-forum diskusi ini juga saya dapat informasi bahwa sekarang sudah banyak dijual semacam adapter untuk memasangkan lensa dan kamera dari merk yang berbeda. Jadi lensa Nikon bisa dipasang di kamera Canon, lensa kuno dengan dudukan ulir berkode M42 keluaran Pentax (sebelum tahun 1975) juga dapat dipasangkan ke kamera digital modern dengan menggunakan adapter-adapter khusus. Tentu saja semua pengaturan pencahayaan dan diagfagmanya harus dilakukan secara manual penuh, karena adapter-adapter itu umumnya hanya menjembatani supaya lensa dengan dudukan/bayonet yang berbeda dengan dudukan lensa di kamera dapat di pasangkan, namun tidak ada 'komunkiasi' antara lensa dan kamera selain meneruskan cahaya dari obyek. Jadi informasi berapa bukaaan diagfragma yang kita pilih tidak akan diketahui oleh kameranya, meskipun pengukur cahaya pada beberapa kamera masih dapat berfungsi, begitu juga fungsi automatis Aperture, karena kamera tersebut 'membaca' secara langsung berapa banyak sinar yang masuk melalui lensa itu tanpa memperdulikan berapa sebenarnya bukaan diagfragma yang dipilih.

Memang tidak semua lensa lama dapat dipasangkan ke semua lensa digital. Hal itu disebabkan karena jarak dari bagian belakang lensa ke film (mounting flange sampai ke focal plane) pada setiap merk berbeda. Jadi bila lensa dengan jarak 'flange' nya pendek sudah pasti tidak dapat dipasangkan dengan kamera yang mempunyai flange panjang, karena lensa itu tidak dapat menghasilkan bayangan yang terfokus pada sensor/film. Memang dengan optik tambahan di adapter, kita bisa 'memaksakan' agar lensa dengan flange pendek terpasang di kamera yang mempunyai jarak flange yang panjang tapi hal ini jelas mengurangi kwalitas lensa itu karena optik tambahan pada adapter umumnya tidak sebaik kwalitas optik lensa itu sendiri.

Lensa dudukan ulir berukuran 42mm (M42) adalah lensa dengan flange terpanjang, sehingga lensa ini menjadi favorite para penggemar lensa manual karena dapat dipasangkan hampir kesemua kamera digital, berikutnya berturut-turut adalah Nikon F, Pentax K, Minolta MC/MD, Canon EOS, Canon FD dan terakhir Olympus/Panasonic 4/3. Sedangkan kamera dengan jarak flange terpendek adalah Olympus dengan dudukan 4/3 nya, sehingga hampir semua jenis lensa dapat dipasang pada kamera ini tanpa memerlukan koreksi optik tambahan di adapternya.

Seandainya hal ini saya ketahui sebelum saya memutuskan membeli kamera DSLR Nikon, mungkin pilihan saya bisa berbeda karena alasan saya memilih merk Nikon adalah supaya lensa-lensa lama saya yang kebanyakan memakai dudukan/bayonet Nikon, masih dapat dipergunakan. Padahal kamera Nikon dengan jarak flange yang cukup panjang, membuatnya sulit untuk dipasangkan dengan lensa lain selain merk Nikon sendiri. Mungkin sebaiknya saya memilih Canon atau bahkan Olympus yang dapat dengan mudah dipasangkan dengan berbagai lensa tanpa memerlukan tambahan optik untuk dapat memfokus pada obyek di jarak tak terhingga (infinity).

Tapi pengetahuan ini juga menimbulkan keinginan baru untuk mulai mencoba mencari berbagai lensa tua dengan harga yang relatif terjangkau untuk dipasangkan pada kamera Nikon D40 saya. Mulailah lagi penelusuran berbagai situs jual beli alat-alat fotografi di internet untuk mendapatkan lensa-lensa yang direkomendasikan atau banyak menjadi topik diskusi di forum penggermar lensa manual fokus itu. Tentu saja saya tetap membatasi anggaran untuk membeli lensa dan adapternya sebesar angka tertentu yang saya anggap 'wajar' untuk sebuah hobby, karena bila tidak sudah pasti kita terpancing untuk mengumpulkan berbagai lensa kelas wahid dengan harga berjuta-juta hingga puluhan juta rupiah......sebuah nilai yang kadang tidak masuk akal untuk harga sebuah lensa 'tua', karena harganya bersaing atau bahkan di atas harga lensa modern yang mempunyai kemampuan autofokus sekalipun.

Saya 'hanya' berniat mencari (dan membeli) beberapa lensa dengan ukuran fokus berbeda, mulai dari 28mm hingga 300mm. Karena sebelumnya saya juga sudah memiliki lensa Nikon fixed dengan fokus 35mm dan 50mm, maka perburuan saya ini tidak akan terlalu banyak memboroskan amunisi kantong, demikian niatan saya dari awal. Setelah lebih kurang 2 bulan, terkumpullah beberapa lensa yang bila dilihat dari segi kosmetik body luarnya sudah pasti tidak akan menarik karena tampak sekali sebagai lensa tua/antik, bahkan beberapa sudah tampak pernah di bongkar. Namun kondisi optik nya rata-rata termasuk cukup baik, tidak berjamur dan tidak berkabut (fog) serta masih mempunyai pelapis (coating) anti pantulan cahaya yang datang dari arah depan.


Lensa-lensa koleksi saya sekarang bertambah dengan datangnya gerombolan lensa tua ini, menjadi sebagai berikut:
- Nikkor AI-s 35mm f/2 (Nikon F)
- Revuenon Special 35mm f/2.8 (Pentax-Praktika M42)
- Nikkor AI-s 50mm f/1.4 (Nikon F)
- MC Minolta PG 50mm f/1.4 (Minolta MD)
- Super Takumar 50mm f/1.4 (Pentax-Praktika M42)
- Pentacon 50mm f/1.8 (Praktika M42)
- Auto Revuenon 55mm f/1.7 (Pentax-Praktika M42)
- Tamron BBar 105mm f/2.8 (Pentax-Praktika M42)
- Revuenon Special 135mm f/2.8 (Pentax-Praktika M42)
- Nikkor-Q pre-AI 200mm f/4 (Nikon F)
- Tamron 300mm f/5.6 (Pentax-Praktika M42)

Sebenarnya masih terbersit keinginan untuk mencari fokus 20mm, 28mm dan 85mm, tapi tentu saja saya harus bersabar karena penjual lensa golongan ini termasuk jarang dan bila ada harganyapun kadang tidak masuk akal untuk golongan lensa tua. Juga kadang terlintas untuk memiliki DSLR Olympus dengan flange nya yang pendek agar lensa-lensa Canon FD dan Minolta MD yang saya miliki dapat dimanfaatkan, tapi jelas bukan dalam waktu dekat ini.

Tapi yang jelas, dengan berbekal lensa-lensa manual fokus itu dan DSLR Nikon D40 setidaknya saya semakin tertarik ke dunia fotografi, khususnya fotografi 'model' klasik dengan peralatan yang menyerupai kondisi zaman analog dulu.

3 comments:

  1. Mas, pemasangan lensa2 manual itu apa bisa langsung atau harus memakai adapter , thanks to explain

    saya juga baru menikmati D40 ini mas.

    anjas1206@yahoo.co.id, aasmara@gmail.com

    ReplyDelete
  2. wah bikin ngiler koleksi manual fokusnya...
    cari di mana omm...lagi hunting lensa manual juga neh...

    ReplyDelete
  3. Baccarat | Try for Free - Play for Free Now
    This is another popular casino game which is a very easy to learn and understand 바카라 사이트 주소 way for everyone to play and win. The more you play for you, the more chances

    ReplyDelete