Thursday, May 21, 2009

Olympus E-500 dan lensa manual fokus.



Memang benar kalau dikatakan manusia itu tidak pernah puas, karena saya sendiri merasakan dan terkena ‘racun’ itu ketika bermain dengan lensa-lensa manual fokus yang notabene lensa lama dari era SLR mekanik keluaran 40 atau 50 tahun yang silam. Lensa-lensa tua itu saya pasangkan ke kamera DSLR Nikon D40 dengan memakai adapter yang saya pesan via internet dari pedagang yang menjajakan barang-barangnya lewat forum-forum penggemar fotografi, seperti Fotografer.Net dan AyoFoto.Net. Senang rasanya bermain dengan lensa-lensa lama ini karena saya menikmati ritual mencari focus dengan memutar-mutar gelang focus di lensa dan memainkan gelang diagfragma untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Bedanya sekarang ini dengan adanya LCD di DSLR saya dapat dengan segera mereview hasil pemotretan yang baru diambil.

Hanya sayang, kamera dari keluarga Nikon mempunyai jarak lensa ke sensor / film (flange) yang termasuk panjang dibandingkan dengan kamera merk lain, yaitu sekitar 46,5 cm, sehingga hanya sedikit lensa lama yang dapat di pasangkan ke DSLR Nikon tanpa memerlukan optik tambahan di adapternya, sedangkan dengan memakai optik tambahan berarti mengurangi kwalitas lensa dalam menyalurkan cahaya ke sensor dan juga meningkatkan harga adapternya itu sendiri. Kalaupun dipaksakan memakai adapter tanpa optik tambahan, akibatnya lensa-lensa itu tidak dapat memfokus pada jarak jauh / tak terhingga sehingga hanya dapat berguna seperti lensa makro untuk memotret obyek dari jarak dekat.

Kamera dengan jarak flange yang pendek adalah kamera-kamera dari keluarga Canon dan Olympus dengan sistem EOS dan 4/3 nya. Saking penasarannya ingin mencoba berbagai lensa tua, mulai terpikirlah untuk mencari kamera dari keluarga Canon atau Olympus ini. DSLR Canon memang termasuk merk popular sehingga harganyapun cukup ‘populer’, agak berbeda dengan Olympus yang mempunyai corp factor 2x dan sensor yang lebih kecil sehingga harga nya pun lebih bersahabat, apa lagi bila kita memilih membelinya dalam kondisi bekas pakai. Begitu juga saran dari anggota forum diskusi yang ada, umumnya mereka menyarankan Olympus bila memang kita berniat memasangkan berbagai lensa manual dengan DSLR mengingat sistem 4/3 nya yang sangat kecil sehingga memungkinkan untuk dipasangkan dengan berbagai macam lensa dari berbagai merek dengan memakai adapter tanpa memerlukan optik tambahan.

Kebetulan dari salah satu forum yang rajin saya ikuti, ada yang menjual Olympus E-500 dengan harga yang saya anggap bagus. E-500 memang bukan seri terbaru dari Olympus, tapi penggemar Olympus menyenangi tipe ini karena sensornya masih dibuat oleh Kodak yang terkenal dengan warnanya yang natural dan juga adanya fasilitas pembersih sensor otomatisnya. Kekurangan yang utama bagi penggemar lensa manual fokus adalah viewfinder nya yang kecil, sehingga agak sulit melakukan pencarian fokus yang tepat secara manual.




Oh ya, sebelumnya saya sudah lebih dulu mempersiapkan adapter lensa-lensa tua ini untuk dipasangkan ke kamera Olympus, sehingga ketika kamera pesanan saya datang (yang memang saya beli dalam kondisi body only / BO) saya dapat langsung mencoba memasangkannya dengan lensa manual yang saya miliki. Sangat senang saya ketika mendapatkan bahwa sistem pengukuran cahaya di E-500 ini dapat berfungsi di mode A dan M, sehingga memudahkan kita mendapatkan pengaturan pencahayaan yang tepat. Berbeda dengan Nikon D40 yang pengukur cahayanya sama sekali tidak dapat dipakai dengan lensa-lensa manual ini. Selain itu, banyaknya tombol pintas untuk pengaturan ISO, White balance dan metering menyebabkan saya merasakan kamera ini lebih cocok untuk dijadikan kamera hobi dan memasangkannya dengan lensa manual fokus yang ada. Sedangkan untuk Nikon D40 saya, akhirnya saya putuskan untuk mencarikannya lensa standar berfokus automatis, dan rencananya akan digunakan untuk acara pemotretan acara-acara penting, mengingat pada saat seperti itu kita membutuhkan kecepatan, ketepatan dan kepraktisan yang akan sulit didapatkan bila saya menggunakan lensa-lensa berfokus manual.

Untuk Olympus E-500, saat ini saya sudah mempunyai adapter untuk lensa dengan dudukkan Pentax PK, Pentax M42, Minolta MD, Nikon F dan Canon FD. Khusus untuk Canon FD, ternyata tetap saja tidak dapat memfokus pada infinity sehingga lensa-lensa Canon lama saya belum dapat berfungsi optimal dengan DSLR saya yang baru ini. Sedangkan untuk lensa Pentax PK, sering ada bagian belakang lensa yang terkait dengan bagian kamera sehingga menyulitkan pemasangan dan pelepasan dari badan kameranya, hal ini tentu saja membuat saya khawatir untuk memakainya karena jangan sampai lensa lama ini justru merusak kamera DSLR saya. Akhirnya hanya lensa dengan dudukkan Nikon F, Minolta MD dan Pentax M42 yang dapat berfungsi optimal bersama Olympus E-500 ini. Mungkin kelak saya akan menambah dengan adapter untuk lensa yang memakai dudukan Contax/Yashica, mengingat lensa-lensa keluaran Contax termasuk lensa manual yang mempunyai daya pisah cukup tajam.

Untuk lensa manual fokus yang ada, saya berkeinginan untuk melengkapinya, dengan mengelompokkannya sesuai dengan panjang fokus. Mulai dari lensa lebar berfokus 28mm (atau kalau mungkin lebih rendah lagi….) hingga lensa tele berfokus 200mm. Mengingat sistem 4/3 mempunyai sudut pandang yang lebih sempit dengan crop factor 2x, akibatnya efek lensa lebar agak sulit didapat tapi efek tele dapat dengan mudah kita temui karena bila kita memakai lensa 200mm pada kamera ini sudut pandang yang tampak adalah seakan kita memakai lensa berfokus 400mm!




Semakin senanglah saya mengumpulkan barang-barang rongsokkan ini, tapi saya mulai sadar bahwa kita tidak boleh terbawa nafsu untuk mencoba dan membeli berbagai lensa yang banyak ditawarkan dengan harga jauh dibawah harga lensa berfokus automatis, karena jujur saja saya sendiri belum berani mengandalkan lensa-lensa manual fokus ini untuk memotret pada acara-acara tertentu, sampai saat ini lensa-lensa tua ini tidak lebih hanya murni untuk hobi saja. Sehingga kalau dilihat dari segi ekonomisnya, walaupun lensa manual fokus ini lebih murah tapi penggunaannya pun sangat terbatas sehingga dirasa kurang efektif, karena diluar memotret untuk hobi saya tetap mengandalkan lensa berfokus automatis yang lebih cepat dan didukung penuh oleh fungsi pengukuran cahaya DSLR Nikon D40 saya. Terdengar konyol memang, menyenangi lensa manual fokus tapi tetap tidak berani mengandalkannya untuk pemotretan penting. Tapi saya pikir, memang itulah ongkos yang harus kita bayar untuk sebuah hobi, walau kadang terkesan menghambur-hamburkan uang untuk kepuasan batin semata, sejauh kita tahu kapan harus berhenti saya pikir hal itu wajar-wajar saja. Bagaimana menurut anda?

2 comments:

  1. saya berencana beli lensa olympus e-500 di toko online,kira2 lensa yang seperti apa yang cocok om?

    ReplyDelete